Friday 8 January 2016

Opini: Tentang Saitama, Dota 2 ke Tim Indonesia di Shanghai League



Saya sudah mengatakan ini sebelumnya, bahwa komunitas Dota 2 adalah komunitas game terburuk di dunia. Saya juga merasa sedih karena keburukan komunitas tersebut sampai ke negara Indonesia. Bila saya mendapatkan hak untuk melarang satu game untuk dimainkan di Indonesia, maka saya akan memlih Dota 2. Kalian mungkin akan mengatakan, "kan ada PB".

Saya beritahukan kepada kalian kenapa saya memilih untuk menanggalkan Dota 2 dibandingkan PB:

PB atau Point Blank jelas bukanlah game yang sangat bagus hingga dapat menjadi top free-to-play game di Steam (mungkin malah akan dapat review negatif), tapi Dota 2 adalah game paling laku di Steam. Orang-orang memberi komentar dan review positif pada Dota 2 hingga banyak orang yang ingin mengunduhnya dan memainkannya. Jelas sekali bahwa Dota 2 lebih 'kuat' daripada PB. Hanya saja, itu tidak selalu jadi hal baik.

Lebih kuat suatu objek maka akan lebih mudah juga objek tersebut untuk menimbulkan suatu efek, entah efek baik atau buruk. Seperti apa? Dota 2. Dan, Saitama.

Saya perjelas lagi bahwa saya TIDAK mengatakan bahwa Dota 2 game jelek. Sebenarnya game tersebut sangat bagus, namun apa efek sampingnya? Orang-orang mempromosikan game tersebut. Bila kalian melihat-lihat MCI dan 1cak, mungkin kalian akan menemukan post tentang Dota 2, walaupun hanya sebagian yang mengajak untuk memainkan game tersebut. Sebelum saya menanyakan "dimana cinta untuk League of Legends", saya mempertanyakan "apakah itu hal baik?"

Saya pun menemukan jawabannya.

Bila dibandingkan mempromosikan game seperti PB: Ya! Itu hal bagus.

Bila post tersebut mengajak seseorang bermain Dota 2: Tidak! Itu tidak baik.

Kenapa? Karena apapun yang terjadi, Dota 2 lebih bagus daripada PB (dalam hal game PC), namun komunitas dalam mereka berdua hampir tidak ada bedanya. Namun masalah dalam Dota 2 adalah bahwa komunitas 'beracun' pada game ini tidak hanya ada di Indonesia. Ternyata di luar negeri pun sama parahnya.

Masalahnya semakin besar karena orang-orang terus mempromosikan game ini, membagikan promosi tersebut, dan beberapa orang akhirnya benar-benar mencoba untuk mulai main. Memainkan suatu game secara online juga berarti berkomunikasi dengan pemain lain tidak dapat dihindari. Dan apa yang komunitas lakukan kepada pemain baru? Trashtalk, flaming, trolling dan sejenisnya. Bila kalian sudah lama bermain Dota 2 dan belum pernah menemui orang-orang semacam itu, kalian beruntung, untuk sekarang.

Kemudian korban trashtalk dan flaming pun terbawa emosi dan akhirnya membalas, setelah itu drama terjadi hingga satu jam, dan belum ada pemenang sungguhan dalam pertandingan yang sesungguhnya (keajaiban bukan?).

Bila sang korban adalah orang yang sudah matang, maka itu tidak masalah. Namun bila sang korban masih bermental anak-anak berumur 5-12 tahun, mereka akan terbawa, dan akhirnya berpikir bahwa melakukan trashtalk dan flaming merupakan hal yang 'wajar'.

Jadi, saran saya: Jangan sarankan game Dota 2 kepada kerabat atau saudara yang belum matang secara mental dan moral. Saya pernah mengatakan ini sebelumnya.

Itu akhir dari keluhan soal komunitas Dota 2. Sekarang, apa kalian tahu kenapa ada nama Saitama di judul kiriman blog ini?

Jujur saja, pada awalnya saya mengira bahwa komunitas pecinta One Punch Man adalah komunitas yang sehat. Karena meskipun karakter utamanya tidak ganteng seperti sebagian besar karakter utama laki-laki di anime lainnya, mereka masih menerima Saitama sebagai karakter favorit. Namun, ekspektasi tersebut sirna.

Kejadiannya tidak jauh sebelum kiriman blog ini ditulis.



Saya adalah seorang pengelola laman Facebook bernama SCP-Foundation - Indonesia. Kemudian saya iseng dengan membuat sebuah IMAGINATION GAME dimana Saitama vs SCP-sekian. Menurut saya pribadi, 'drama' yang terjadi di kolom komentar memang tidak begitu intens, jujur saja, tapi ternyata banyak orang yang tersinggung. Sepertinya bukan soal kiriman yang saya buat itu, tapi tersinggung pada orang-orang di kolom komentar. Bahkan saya diminta untuk menghapus kiriman tersebut, karena banyak butthurt dan (walau menurut sudut pandang saya, tidak begitu parah hingga harus dihapus) saya pun menghapusnya dan membuat permintaan maaf secara resmi.

Lebih banyak lagi bisa kalian temukan di kiriman yang saya maksud.

Begitu menyedihkan melihat orang-orang sangat marah ketika seorang karakter fiksi ditandingkan dengan makhluk-makhluk dengan sifat anomali tertentu yang berpotensi mengalahkannya. Seperti yang kita tahu, membuat permainan dari Saitama dan para SCP sama sekali bukan sesuatu yang melanggar etika dan moral internet. Tidak ada unsur Suku, Agama, Ras atau Golongan di dalamnya. Saitama HANYALAH karakter fiksi. Dia TIDAK nyata.

Kemudian saya ingin membicarakan soal tim perwakilan Indonesia pada kompetisi gaming Dota 2 di Shanghai League.

Insiden kecurangan yang dilakukan Rise.Cat memang sangat menyayangkan (menyebalkan dan memalukan), tapi mari bicarakan yang lebih baru, yaitu soal trashtalk yang dilakukan anggota dari tim AVS Indonesia.

Ini adalah kutipan yang saya dapat dari artikel milik jagatplay.com:
Lantas, kenapa AVS yang jadi sorotan? Bukankah mereka berada dalam posisi yang paling dirugikan saat ini? Salah satu alasan yang paling fatal adalah karena sikap mereka yang kekanak-kanakan. Tiny dari tim AVS secara jelas memulai trashtalk di dalam pertandingan, secara konsisten, yang notabene dilarang di dalam peraturan. Parahnya lagi? Ia terus melakukannya sebelum dan sesudah kejadian dc serentak ini bersama dengan anggota timnya yang lain, mengeluarkan kata-kata super kasar yang membuat scene kompetitif ini tidak terlihat profesional sama sekali. Beberapa juga menyoroti timing dc serentak ketika tim Antipro melakukan push yang dianggap taktikal dan melihat apa yang dilakukan Antipro tidaklah menyalahi aturan karena mereka sudah sempat melakukan pause sebelumnya.
Kami sendiri sempat melakukan klarifikasi yang percakapannya akan kami sematkan di bawah paragraf ini. Salah satu anggota tim AVS mengaku bahwa ia memang berasalah melakukan trashtalk di pertandingan, namun menegaskan bahwa “tak mungkin ada asap tanpa api”. Ia menyebut dan mengklaim bahwa trashtalk tersebut sebenarnya sudah terjadi sebelum pertandingan berlangsung, dimana tim Antipro terus melakukan flaming terhadap mereka, menyebut bahwa mereka akan dengan mudah melibas tim Indonesia hanya dalam waktu 20 menit saja. Sayangnya, bukti percakapan tersebut tidak ia tangkap dalam bentuk screenshot. AVS juga mengaku tak tertarik untuk melakukan klarifikasi secara resmi terkait drama yang muncul dari pertandingan yang satu ini.
Itu menarik. Jadi anggota AVS melakukan trashtalk dalam pertandingan, dan mereka menyalahkan lawan mereka (Antipro) karena melakukan trashtalk lebih dulu. Itu masih bukan suatu alasan untuk melakukan trashtalk.

Jujur saja, saya akan marah bila orang dari negara lain mengatakan yang sama seperti apa yang personil tim Antipro katakan pada AVS (setidaknya begitulah menurut anggota tim AVS). Namun saya sadar bahwa membalas trashtalk bukanlah hal yang baik, karena pada dasarnya, trashtalk dalam internet atau game bukanlah hal baik.

Mengaitkan apa yang saya katakan di paragraf pertama, mungkin akan saya buat aturannya seperti ini: "Semua orang yang mau bermain Dota 2 harus menjalani latihan militer selama satu (1) minggu. Bila sang individu masih tetap bermain Dota 2, maka latihan militer terus berjalan". Mungkin itulah yang semestinya dilakukan pada tim Rise.Cat dan AVS sebelum mereka berpikir untuk mengikuti turnamen.

Selanjutnya, jangan katakan hal seperti "Emangnya lu pro? Kalo pro kenapa gak ikut aja turnamen?". Pertama, saya tidak pernah mengatakan bahwa saya pro, dan tidak akan repot-repot untuk menjadi professional atau bahkan sekali lagi bermain Dota 2. Kedua, trashtalk, entah dilakukan pro atau bukan pro adalah hal yang salah. Karena itu bukan hal yang hanya diketahui oleh gamer 'pro'. Itu pelajaran etika dasar yang orang tua hingga sekolah ajarkan pada kita. Bila seseorang membenarkan tindakan AVS dengan cara apapun, maka perlu dipertanyakan, "apa orang itu dididik oleh orang tuanya? Apa dia sekolah?" Ya, palingan hanya cari sensasi. Sepertinya berlebihan juga menanggapi orang yang berkomentar seperti ini secara serius.

Sebelum kalian mengatakan, "Jangan hina orang Indonesia. Lu juga orang Indo", saya peringatkan bahwa saya juga tidak akan menerima komentar tersebut secara serius. Saya akan langsung hapus. Kenapa? Dalam etika dan moral, salah berarti salah. Tidak peduli orang Indonesia atau orang luar negeri. Tidak peduli suku ini atau suku itu. Salah berarti salah. Titik.

Meskipun kenyataan soal apakah benar Antipro yang lebih dulu melakukan trashtalk hingga AVS membalas, saya akan berpesan, bermain game tidak hanya soal skill. Tapi juga soal mental. Jangan jatuh hanya karena terkena trashtalk. Buktikan bahwa trashtalk tersebut salah. Hanya itu cara yang tepat, karena itu akan sangat memalukan bagi pelaku. Membalas trashtalk sama sekali tidak membuktikan apapun.

Jujur saja, setelah saya dihina habis-habisan oleh sesama orang Indonesia saat main Dota 2, saya tidak membalas (karena saya tahu itu 'tidak ada poinnya') dan saya benar-benar tidak mau lagi bermain Dota 2. Meskipun saya sudah mengasah mental saya di Black Squad dan pernah berlatih di Secapa AD sebelumnya, tidak. Saya tidak kembali ke Dota 2 lagi.

Itu saja yang ingin saya katakan. Semoga artikel ini tidak membuat kalian emosi, karena seharusnya tidak. Akan lebih baik bila kalian TIDAK membagikan artikel ini. Simpan untuk diri kalian sendiri, atau bagikan saja dengan menyalin tulisan di kiriman ini dan melampirkannya di suatu tempat, namun resiko tanggung sendiri.

--And as always, have a nice day--

No comments:

Post a Comment