Sunday 15 March 2015

Cerbung: The Heroes Expert #1

Jadi, saya berencana mengirim cerbung di blog saya. Seiring dengan Five Nights at Freddy's yang sudah "selesai", maka saya bisa melakukan hal lain dengan blog ini.

Jadi, enjoy the reading.

==The Story==

Karsepan Indah Plaza, Karsepan, 20:05 WIB

Keadaan di Mall tersebut berjalan seperti biasa. Orang-orang berlalu-lalang, beberapa orang mampir ke toko, beberapa orang mampir dan makan di food court. Di saat yang sama, seorang pemuda yang brada di lantai tiga melihat keluar jendela, dan menyadari suatu kejanggalan. Orang-orang yang berada di halaman Plaza menatap ke arah posisinya, atau tepatnya sesuatu di atasnya, dengan tatapan khawatir, bahkan ada beberapa orang yang mengambil gambar. Ketika pemuda itu mencoba melihat lebih jelas, tiba-tiba...

PRAANG!!

Kaca yang berada di depannya pecah, dan dia juga bisa melihat apa yang membuat kaca itu pecah. Seorang perempuan dengan tali mengikat lehernya.

Ishida's Mansion, Karsepan, 04:00 WIB

Jam alarm sudah berbunyi, Rendra sudah terbangun dari tidurnya. Dia langsung membuka korden yang ada di dekatnya, membiarkan sinar matahari masuk, lalu mematikan alarmnya. Dia pun bangkit dari kasurnya dan berjalan keluar kamar menuju sebuah koridor. Seperti yang dia duga, dialah orang pertama yang bangun pagi di rumah itu.

"Halo, Mas Rendra!" Terdengar suara seorang perempuan menyapanya. "Bangun lebih pagi dari yang lainnya lagi?"

Perempuan itu tidak lain adalah pembantu di rumah tersebut, Hana. Sebenarnya, Hana sama seperti Rendra, yaitu pelajar yang belajar di tingkat SMA. Hanya saja dia terpaksa bekerja sebagai pembantu di rumah itu karena suatu alasan. Hana memiliki tubuh yang pendek, paling tidak jika dibandingkan dengan Rendra yang memiliki tinggi badan-sedikit-di atas standar.

"Ya." Jawab Rendra.

Hana langsung berjalan melewati Rendra setelah percakapan super singkat itu. Sepertinya memang tidak ada hal khusus yang mau dibicarakan.

Rendra melanjutkan paginya dengan kegiatan-kegiatan biasa yang dia lakukan setiap hari. Setelah sejam, dia sudah siap untuk berangkat sekolah. Hanya saja butuh waktu 55 menit sebelum waktunya berangkat sekolah. Rendra menunggu waktu itu untuk datang sambil bermain game dan sisanya untuk melakukan review pelajaran sekolah.

SMA 10 Karsepan, Karsepan, 06:29 WIB

Para siswa biasanya berangkat ke sekolah menggunakan bus sekolah dan sampai di sekolah 10 - 15 menit sebelum jam masuk, namun berbeda dengan Rendra. Dia sudah datang sebelum bus sekolah, bahkan sudah berangkat sebelum bus sekolah datang ke rumahnya. Entah bagaimana pendapat para karyawan sekolah soal itu.

Dia berjalan di atas jalan setapak menuju gedung sekolah utama, tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya dari belakang.

"Wah... wah... kau tidak pernah berhenti membuatku kagum." Ujar orang itu, yang tidak lain adalah partnernya, Ria sambil merangkulnya.

"Kau juga datang pagi?" Tanya Rendra.

"Aku mendapat ide ini darimu." Jawab Ria. "Tidak buruk juga. Sekarang aku bisa mengerjakan tugasku yang belum selesai bersama denganmu."

"Bilang aja mau nyontek." Kata Rendra sambil menyingkirkan tangan Ria dari pundaknya.

"Oh! Ngomong-ngomong, apa yang memberimu ide untuk datang pagi begini?" Tanya Ria.

"Apa maksudmu?" Tanya Rendra balik. "Bukankah memang begini mestinya?"

"Ya, kecuali kalau sekolah kita sudah menyediakan bus antar-jemput." Jawab Ria.

Rendra terdiam sejenak, kemudian dia menjawab, "Tidak ingat. Mungkin aku dapat sendiri."

"Ayolah! Pikiran seseorang selalu bisa melacak kelahiran suatu ide." Ucap Ria. "Inspirasi sungguhan mustahil untuk dipalsukan."

"Wah! Kau juga sudah mulai menonton film luar negeri, ya." Ujar Rendra dengan santai.

"Dari dulu aku juga suka nonton film barat, kok."

Ria adalah teman sekelas, sekaligus partner Rendra. Dia memiliki rambut coklat pendek dan ukuran tubuh yang masih cukup kecil untuk orang seukuran Rendra. Dia sangat menyenangi olahraga, dan dia mengikuti hampir semua kegiatan ekstrakurikuler olahraga di sekolah.

Mereka berdua masuk ke ruangan kelas, dan mereka pun menyadari kalau kami tidak sendiri. Sudah ada seorang siswa yang duduk manis di bangkunya, yaitu Chandra.

"Hai, teman-teman!" Sapa Chandra.

"Kau juga datang pagi-pagi?" Tanya Ria sementara dia dan Rendra menaruh tas di bangku mereka masing-masing.

"Jelas sekali, bukan?" Jawab Chandra.

"Kamu niru-niru Rendra juga?" Tanya Ria.

"Ya, begitulah." Jawabnya.

Rendra merasa sedikit bangga karena orang-orang mengikuti idenya. Bagaimanapun juga, dia ingin mempertahankan persona-nya sebagai cowok paling kalem di sekolah. Dia hanya duduk di bangkunya dan diam di sana.

SMA 10 Karsepan, Karsepan, 12:13 WIB

Ini jam istirahat kedua. Waktunya benar-benar tidak banyak, yang jelas menjadi alasan terlihat banyak murid berlari kembali menuju kelas mereka. Namun, saat dia juga mau kembali ke kelasnya, dia melihat seorang siswi kebingungan. Sepertinya ada sesuatu miliknya yang hilang, atau mungkin terjatuh. Kalau Rendra lihat dari gestur tubuhnya, sepertinya siswi itu kehilangan ikat rambut, atau apapun yang mungkin dipakaikan di rambut. Rendra melihat sekeliling untuk mengecek di mana benda itu jatuh. Dia pun menemukan sesuatu di bawah kelompok bunga, yaitu sesuatu yang berbentuk seperti kupu-kupu. Saat dicek,ternyata itu sebuah penjepit rambut.

Rendra mencoba memberikan benda itu kepada siswi itu.

"Permisi." Rendra memanggil siswi itu, kemudian menunjukkan ikat rambut itu. "Apa ini yang kau cari?"

Siswi itu melihat ke arah Rendra, "Ya! Itu dia!" Siswi itu berlari ke arah Rendra dan mengambil jepit rambut itu, kemudian mengenakannya.

"Terima kasih, Kak." Ucapnya.

Ketika dia melihat ke arah Rendra, dia kelihatan sedikit terjkejut. "Eh, kakak..."

"Kenapa?" Tanya Rendra.

"Kakak... Rendra yang upload cerbung Indonesian Nightmare itu ya?" Tanya siswi itu.

"Ya." Jawab Rendra. "Memangnya kenapa?"

"Saya suka cerbung Kakak yang itu." Kata siswi itu. "Ceritanya serem, tapi ada drama-dramanya, sedih-sedihnya, lucu-lucunya. Pokoknya seru banget."

"Oh, begitu?"

Tiba-tiba terdengar suara bel masuk berbunyi. "Kita harus masuk ke kelas." Renda bilang.

"Ya, kayaknya kita bicara lain kali lagi." Kata siswi itu.

"Eh, nama kamu siapa?" Tanya Rendra.

"Anisa." Jawab siswi itu.

"Oh, Anisa. Yaudah, saya masuk kelas dulu."

"Sampai ketemu nanti, Kak!"

SMA 10 Karsepan, Karsepan, 15:01 WIB

Sudah saatnya Rendra pulang. 

Rendra sedang berjalan melalui jalan setapak, dan tanpa sengaja dia melihat siswi yang sudah tidak asing lagi, yaitu Anisa berlari ke arah perpustakaan. Rendra yang penasaran berlari mengikutinya, dan benar saja, Anisa berlari menuju perpustakaan sekolah. Anisa berlari masuk ke dalam gedung perpustakaan sekolah.

"Kenapa dia buru-buru datang kemari?" Tanya Rendra dalam hati "Oh, iya. Tempat ini akan tutup dalam 14 menit."

"Hei, Ren!" Seseorang yang tidak lain adalah Ria memanggil Rendra. "Kau mau ke perpustakaan jam segini?"

"Begitulah." Jawab Rendra.

"Apa yang ingin kau pinjam?" Tanya Ria.

"Tips & Trik Menghadapi Partner Tsundere dan beberapa menit untuk mencari seseorang." Jawab Rendra sambil berjalan ke pintu masuk gedung perpustakaan.

"Eh? Tunggu! Apa maksudmu?" Tanya Ria sambil mengikuti Rendra.

Rendra membuka pintu depan gedung perpustakaan dan memasuki gedung itu diikuti Ria. Rendra mulai melihat sekeliling untuk mencari Anisa, namun yang dia temukan adalah dua orang siswi yang sepertinya diberi amanat menjaga perpustakaan sampai tutup. Rendra mencoba mendekati mereka dan menanyai soal seorang siswi kelas satu yang berlari ke perpustakaan.

"Hei, Seryuu!" Panggil Rendra kepada salah satu siswi itu, yaitu yang dia kenal.

"Kau pergi ke perpustakaan jam segini?" Tanya Seryuu. "Biasanya kau datang saat jam istirahat pertama kalau mau pinjam buku."

"Buku apa yang ingin kau pinjam, Ren?" Tanya siswi satunya lagi, yang tidak Rendra kenal, namun mengenal Rendra untuk suatu alasan.

"Tips Berhadapan dengan Partner Tsundere," Jawab Rendra.

"Hey!" Ria tidak begitu menerima itu.

"Dan beberapa menit untuk mencari seseorang." Lanjut Rendra.

"Seseorang?" Seryuu kebingungan. "Orang yang ada di dalam gedung ini hanya kita berempat. Belum ada seorangpun melewati pintu depan selama 30 menit terakhir kecuali kalian berdua."

"Memangnya, kalian mencari siapa?" Tanya siswi satunya lagi.

"Adik kelas, rambut pirang dikuncir dua, kulit pucat." Jawab Rendra.

"Si Anisa?" Tanya Seryuu.

"Ya." Jawab Rendra. "Kurasa aku akan langsung mencarinya saja."

"Aku juga ikut." Kata Ria.

Rendra dan Ria pun mulai melakukan pencarian. Rendra mencari di bagian timur sementara Ria di bagian barat. Tak lama setelah mencari, Rendra akhirnya menemukan yang dia cari. Dia melihat Anisa sedang mengubrak-abrik buku-buku yang disimpan di rak. Rendra yang merasa tidak senang melihat itu langsung menyelinap ke belakangnya, mengambil sesuatu seperti pistol dari saku dalam jaketnya, dan menempelkan ujungnya di punggung Anisa.

"Angkat tanganmu nona!" Perintah Rendra dengan suara yang dia samarkan menjadi lebih dalam.

Anisa langsung mengangkat kedua tangannya.

"Kau pikir apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Rendra.

"Heh! Jangan pura-pura tidak tahu!" Kata Anisa. "Kau kemari untuk mencari benda itu, kan?"

"Hmm... kurasa begitu. Apapun benda yang kau maksud." Ujar Rendra.

"Aku tahu kau mencari Soul Patch." Kata Anisa.

"Soul Patch? Apaan tuh?" Tanya Rendra dalam hati.

"Kau benar-benar harus membuat tempat ini berantakan ya, nona kecil?" Tanya Rendra.

"Apa pedulimu?" Tanya Anisa balik.

Rendra pun menurunkan benda seperti pistol itu, dan kembali ke suara aslinya. "Berbaliklah!"

Pelan-pelan, Anisa pun berbalik. Dia merasa lega melihat Rendra di belakangnya. "Kakak membuatku kaget. Bukankah dilarang bawa senjata kemari?"

"Ini korek api." Kata Rendra sambil menyalakan korek api berbentuk seperti revolver tersebut.

"Oh...?" Itulah reaksi Anisa. "Jadi, Kakak ngapain di sini?"

"Kau mengobrak-abrik buku-buku ini." Kata Rendra.

"Eh? Y... yaa, sepertinya begitu."

"Kau sebaiknya membereskannya lagi." Kata Rendra. "Kalau pustakawan melihat ini, maka kakak kelas yang sedang menjaga tempat inilah yang akan disalahkan. Percayalah padaku, kau tidak akan mau itu terjadi."

"Oh, baik. Akan kubereskan."

Anisa pun membereskan buku-buku yang dia buat berantakan tadi.

Sebuah pertanyaan tiba-tiba muncul di kepala Rendra. Seperti apa itu Soul Patch dan reaksi Anisa saat Rendra menempelkan benda seperti pistol itu dan menyuruhnya angkat tangan. Mereka berdua bukanlah hal biasa menurut Rendra. Bagaimanapun juga, Rendra memndapat semacam firasat kalau tahun ini akan sangat seru.

Ya, seru.

TO BE CONTINUED...


=========================================================================

Jadi itulah Part 1 dari cerbung terbaru saya ini. Bila kalian suka, kenapa tidak share cerbung inidan berikan komentar yang dapat memberi penigkatan pada penulisan saya.

Here are my:



--And... have a nice day--

No comments:

Post a Comment